Jika ada makhluk yang mempunyai sifa-sifat istemewa, maka sifat-sifat itu hanya sebatas keistimewaan manusiawi yang didapat dari karunia Allah, dengan izin dan kehendak-Nya; bukan dengan kekuatan makhluk dan pengurusannya, juga bukan karena perintahnya. Sebab, makhluk itu lemah dan tidak berkuasa memberi manfaat bagi dirinya, dan tidak berkuasa pula menolak bahaya dari dirinya sendiri. Makhluk tidak mempunyai kekuasaan untuk menciptakan hidup dan menolak kematian sekalipun bagi dirinya sendiri. Banyak hal istimewa yang nampak sebagai hak Allah SWT, tetapi Dia berkenan memberikannya kepada Nabi-Nya, Nabi Muhammad saw. dan Nabi atau rasul lainnya. Ketika itu terjadi, maka ia – Nabi atau Rasul – bagaimanapun tidak mengangkat derajatnya sampai kederajat atau Maqam Tuhan, atau menjadi sekutu-Nya.
الحلقة الثلاثون من كتاب مفاهيم يجب أن تصحح
تأليف إمام أهل السنة والجماعة قرن 21 أبوي السيد محمد علوي المالكي الحسني
أمور مشتركة بين المقامين لا تنافي التنزيه 2
وإذا اتصف المخلوق بشيء منها فيكون بما يناسب البشرية من كونها محدودة مكتسبة بإذن الله وفضله وإرادته لا بقوة المخلوق ولا تدبيره ولا أمره إذ هو عاجز ضعيف لا يملك لنفسه ضراً ولا نفعاً ولا موتاً ولا حياة ولا نشوراً ، وكم من أمور جاء ما يدل على أنها حق لله سبحانه وتعالى ، ولكنه سبحانه وتعالى منَّ بها على نبيه صلى الله عليه وسلم وغيره . وحينئذ فلا يرفعه وصفه بها إلى مقام الألوهية أو يجعله شريكاً لله سبحانه وتعالى.
فمنها : الشفاعة ، فهي لله ، قال الله تعالى : } قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ { ، وهي ثابتة للرسول صلى الله عليه وسلم ولغيره من الشفعاء بإذن الله كما جاء في الحديث : ((أوتيت الشفاعة)) .. وحديث : ((أنا أول شافع ومشفع)) ..
Diantara keistimewaan-keistimewaan tersebut adalah syafaat. Syafaat, menurut hakikatnya, hanya milik Allah SWT, sebagaimana ditegaskan-Nya: “Katakanlah: ‘Hanya milik Allah-lah syafaat itu semuanya” (Q.S. Al Zumar [39] : 44). Tetpai, syafaat juga menjadi hak – untuk memberikannya – Nabi Muhammad saw dan yang lainnya dengan izin Allah SWt. Dalam hadits Rasulullah sawdisebutkan, “Aku diberi syafaat”. Dalam hadits lain disebutkan, “Aku adalah Syaafi’ (Pemberi Syafaat) pertama dan Musyaffa’ (yang diberi hak syafaat) pertama kali pula”. (catatan Fauziwong)