Pada hari minggu kemarin saya menyempatkan diri mengantar istri untuk melihat sekaligus mencari pakaian keiinginannya ke Pusat Grosir Surabaya atau yang lebih dikenal dengan nama PGS. Pasar ini letaknya berhadapan dengan pasar Turi Surabaya, yang dulu sat awal berdirinya PGS pasar Turi tersebut sempat terbakar, dan akhirnya pasar PGS menjadi pas kedua bagi masyarakat sekitar serabaya termasuk Gresik tempat kediaman saya.
Perjalanan dari tempat saya tidak lama cuma kurang dari satu jam perjalanan atau sekitar 30 – 45 menit lewat tol dekat rumah saya. Keluar dari tol langsung lurus menuju ke PGS. Sudah lama saya tidak ke PGS ini, terakhir sekitar tahun 2010 an saat itu istri bersama saya “nyambi” jualan sperai jadi belanjanya di sana katanya sich lebih murah, apalagi belinya agak banyak pasti dapat harga grosir. Lah nama saja Pusat Grosir Surabaya 😀
Saya berangkat sekitar jam 10 pagi, saya kira saya paling pagi disana ternyata parkir kendaraan sudah hampir penuh, jadi agak susah mencari parkirnya, tapi enaknya petugas sigap mengarahkan ke tempat yang kosong sehingga lebih memudahkan pengunjung untuk mencari parkiran.
Melihat PGS ini antara 14 tahun yang lalu dan sekarang hampir tidak ada bedanya, kiosnya full khas pasar turi, seperti pasar tradional tetapi bentuknya mendekati mall. Jadi unik, perpaduan antara tradional dan mall. Sebenarnya banyak pedagang disana sudah menggunakan kemajuan jaman sekarang yaitu menjual secara online, mereka punya lapak baik di IG (instagram) maupun FB tapi yang paling banyak di IG. Istri saya sudah tahu hal itu, saran saya waktu itu beli saja lewat IG di akunnya dia, cuma karena memang pernah tertipi di penjual IG akhirnya memaksakan diri untuk datang ke sana.
Memang disana (tokonya langsung) itu lebih memuaskan istri saya, karena banyak pilihan dan juga bisa dicoba aliar bisa disentuh langsung barangnya, sehingga dia tau barang itu sesuai dengan asumsinya atau hanya berupa foto. Itulah perilaku sebagian besar masyarakat kita Indonesia, masih kurang percaya dengan yang namanya penjual online.
Bagaimanapun gemerlapannya dunia online tetap lebih percaya kepada pasar yang tidak online, tetapi lebih bagus dan lebih yakin lagi jika yang memiliki toko juga memiliki sarana online seperti istagram tadi, mungkin berguna untuk mencari info-info barang terbaru ataupun diskon-diskon tertentu.
Istri saya senang sekali melihat serta memilih barangnya langsung di depannya dan membayarnya via transfer pakai bank BCA, sayangnya tidak semua toko disana menerima pembayaran via transfer bank ataupun yang sejenisnya. saya tidak tahu alasan pastinya. tapi saya menebak mereka kesulitan mengecek apakah transfer sudah masuk atau belum, karena memang kadang konsumen datang bersamaan sehingga untuk ceknya lebih ribet.
Mungkin perlu diperkenalkan dengan metode pembayaran yang langsung pemberitahuannya masuk ke HP mereka apakah sudah terbayar atau belum, biar mereka lebih yakin akan sistem ini. Karena sudah banyak sistem seperti itu. Nah ini mungkin tugas pemerintah kedepan dalam membantu kelancaran transaksi para pelaku UMKM ini sehingga lebih cepat dan yang penting aman. Selamat berbenja…