Thursday , 18 April 2024

Nasib juru foto

Sudah menjadi kebiasaan kalau di acara-acara pernikahan dan juga hajatan lainnya membutuhkan seseorang untuk membuat dokumentasi berbentuk foto, dokumentasi ini biasanya diambil oleh seorang juru foto dan juru foto yang baik serta dibilang bagus haruslah mempunyai ide yang tidak ada matinya. 🙂

Tetapi seringkali pemilik acara atau yang mempunyai hajat menawar dengan harga sekecil mungkin padahal juru hoto dituntut untuk se kreatif mungkin, memang subuah dilema menuntuk kerja bagus dengan biaya kecil tanpa penghargaan. Seringkali mereka berkata “Sebenarnya adik kami, keponakan kami, om kami semua punya kamera dan juga pinter kalau cuma motret, tapi kan mereka harus ikut upacara adat, pakai pakaian tradisional, tidak bisa gesit kalau meliput acara, maka kami panggil tukang foto”.

Perkataan tersebut sebenarnya sangat melecehkan sang juru foto yang hanya dianggap sebagai juru pencet tombol foto atau shutter. Kalau hanya sebagai tukang pencet tombol mengapa tidak ambil saja anak kecil tetangganya atau kawannya saja dengan dibekali foto compact sudah cukup. Mereka seringkali lupa hal-hal lainnya yang tidak dipertimbangkan.

nasib juru foto

Hal-hal yang tidak dipertimbangkan ini banyak lagi, misal saja biaya yang harus dikeluarkan: berangkat-pulang motret butuh bensin, pasang kabel + lampu-lampu + background butuh tenaga yang jelas ada harganya, Setting kabel harus rapi dan aman maka butuh lakban dan isolasi ini juga harus beli, mondar-mandir jungkir-balik berkeringat motret sepanjang acara ada harga “tenaga fisik”nya, tidak jarang harus bawa kru/asisten yang tentunya harus diberi honorarium, menghitung penyusutan harga kamera & alat-alat plus antisipasi ongkos servis jika alat rusak, editing foto butuh ditemani rokok dan camilan, klien masih diberi bonus beberapa lembar 10R, DVD file foto dikemas cantik juga ada ongkos produksinya, lantas IDE atas pemikiran bagaimana caranya supaya potretnya bagus-bagus cuma dihargai Rp500 (lima ratus rupiah) saja kok masih dibilang mahal, itu keterlaluan nggak ? …

Diatas itu adalah curhat seseorang juru foto di wall facebook nya. Intinya adalah kerja otak disini tidak dihargai, dan ini banyak sekali terjadi di lingkungan kita. Marilah kita mengharga kerja dan juga ide kreatif seseorang sebagaimana kita menghargai profesi dokter, pengacara dan lain-lain. Terima kasih telah membaca coretan saya, kunjungan harga ke blog ini sangat saya hargai, semoga saja coretan yang ada disini bisa memberikan informasi yang anda butuhkan dan juga bisa mengangkat nasib juru foto. Amin!

About Fauzi

Nama saya Fauzi lebih dikenal dengan nama Fauziwong, saya seorang aktifis dibidang pendidikan khususnya pembangunan sistem informasi sekolah terpadu, pengalaman saya lebih dari 10 tahun dimulai tahun 2006, baik untuk bisnis via internet online dan juga off line

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.